Kemarin dapat email dari supervisor, dia minta saya test visualization recommendationnya pakai data dari Google Community Mobility, datanya di sini https://www.google.com/covid19/mobility/ (Data dari Februari 2020 – Sept 2020 tgl 13). Data ini dari Google diambil dari Google Map trajectory orang-orang. Tapi data sudah dalam bentuk aggregate. Bisa di check langsung di website tersebut.
Di dalamnya ada data global dan per regional, kalau pakai data yang Global lumayan gede, intinya udah saya kirim laporannya ke supervisor lah kemarin.
Btw, karena saya lihat-lihat data ini, saya jadi penasaran membandingkan antara beberapa states di Australia, misalnya Queensland (state yang saya tempati) vs Victoria yang kasus covidnya masih marak.
Saya juga kepikiran lihat Mobility data kota Jakarta, Bali, Jawa Timur misalnya.
Nah ini Hasilnya, saya tampilin hasil dari Queensland, Victoria, dan Jakarta.
Untuk hasil lain beserta codenya bisa dilihat langsung di Kaggle saya (Data saya rata-rata ya ini):
Bagi yang tidak familier dengan code, bisa langsung lihat di section output.
Kalau dilihat dari hasilnya, Jakarta mirip sama Victoria. Beda banget sama Queensland. Kalau di Queensland mulai bulan July orang-orang sudah banyak banget yang main di Park (bar warna hijau), tentu ini karena memang kasus covid di Queensland sangat sedikit, jadi serkarang saja kami di sini sudah sering ke Park. Beda banget sama di Victoria yang sampai sekarang masih banyak kasus covidnya.
Dari gambar di atas kita juga bisa tau orang Jakarta stay at home paling banyak di bulan April dan Mei, habis itu makin turun. Ini data bulan september hanya sampai tanggal 13.
Terus data ini gunanya apa?
Kalau di check di data tersebut, data tersebut mencakup semua provinsi di Indonesia. Jadi ketika pemerintah tahu jumlah kasus covid di setiap provinsi dan dengan melihat data ini, pemerintah jadi tahu mayoritas orang kumpulnya dimana per bulan atau mungkin bisa check per minggu. Insight itu mungkin bisa membantu pemangku kebijakan untuk memberlakukan kebijakan yang terbaik dan paling cocok.
Malam itu, dengan keringat dingin aku berlari tergopoh-gopoh sambil mendorong Fatiha di stroller menuju loket registrasi bagian Emergency RBWH (Royal Brisbane Women Hospital). “How can I help you? What is your emergency?”, sapa petugas di balik kaca. “Something stucks in my daughter’s nostril!! (sesuatu tersangkut di lubang hidung anak saya)”, jawab saya panik.
***
Hari Ahad pagi yang cerah, kami sekeluarga pergi mengunjungi Mt Coo-tha Botanical Garden. Sebuah tempat wisata yang berjarak cukup dekat dari tempat tinggal kami, hanya 15 menit driving kami sudah tiba di sana. Tidak kusangka tempat ini tidak hanya menyediakan wisata sekedar garden, namun juga ada bangunan planetarium di kompleks yang sama. Setelah melihat-lihat isinya sebentar, kami baru tahu namanya adalah Sir Thomas Brisbane Planetarium. Namun tujuan utama kami bukan ke planetarium hari itu, kami berencana piknik di dalam Mt Coo-tha Garden.
Mt Cootha tropical garden
Kami pun melanjutkan perjalanan memasuki garden dan sibuk merekam seluruh pemandangan yang kami lalui di dalam garden dengan kamera kami. Setelah menikmati pemandangan bunga-bunga, Japanese Garden, Tropical Glass House, kami pun beristirahat di salah satu pohon dan menggelar tikar piknik. Kami menikmati bekal yang sudah kusiapkan dari rumah. Selagi kami makan, surprise! Kami mendapat pemandangan gratis dari burung-burung kakatua (caccatoo) berbulu putih dan berjambul kuning cantik yang sedang makan buah-buahan di atas pohon yang kami gunakan untuk berteduh. Suamiku pun berusaha mendekat untuk merekam burung-burung tersebut lebih jelas. Fatiha pun membuntuti bapaknya, melihat pertunjukan gratis itu.
Aku tetap duduk di tempat piknik untuk menjaga bekal kami sambil melihat ke sekitarku. Di bawah pohon ini, memang terdapat banyak buah-buahan jatuh, dan juga biji-bijian yang menjadi pakan unggas tersebut. Makanya tempat piknik kami sejak tadi ramai oleh beberapa unggas yang mendekat seperti kalkun, burung magpie, dan kakatua. Namun hal yang tidak kusadari, ternyata Fatiha memunguti biji-bijian itu dan terus menggenggamnya sampai pulang. Sebenarnya ini hal yang biasa untuk Fatiha yang selalu membawa ranting pohon, batu kerikil, dan daun-daunan setiap kali kami pergi bermain ke taman sehingga aku pun tidak pernah melarang dia melakukan ‘observasi’ pada benda-benda alam.
Hari yang menyenangkan dan juga melelahkan, menjelang sore kami pun segera pulang. Sesampainya di rumah, Fatiha dan bapaknya menonton TV di ruang depan sambil istirahat, sedangkan aku di kamar memakai headset karena ada acara seminar online yang sedang kuikuti sore itu. Tidak lama kemudian, bapak pamit keluar rumah karena ada urusan. Aku pun mengiyakan sambil terus melanjutkan menyimak acara onlineku. Sebentar aku melangkah ke ruang depan untuk menutup pintu dan melihat Fatiha masih menonton TV sambil makan buah blueberry yang berceceran di atas alas makannya. Tapi ada pemandangan yang aneh, kuperhatikan yang berceceran itu tidak hanya blueberry, tapi ada biji-bijian bulat besar yang berwarna hitam tercampur dan Fatiha sedang bermain biji itu dan ditekan-tekan ke lubang hidungnya. Melihat itu, aku pun langsung mencegah tangannya, “Stop it, Fatihaa! Berbahayaa!”, larangku beberapa kali. Akhirnya Fatiha pun melanjutkan memakan blueberry dengan benar. Aku kembali ke kamar untuk melanjutkan acara seminarku.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba Fatiha berlari masuk ke kamar sambil menunjuk hidungnya, “Ibuuu… sakiiiiit…..”, lirihnya dengan wajah merasa bersalah. Oh tidak!! Hal ini benar-benar terjadi! Aku pun panik dan segera menghentikan kegiatanku lalu membawa Fatiha ke depan wastafel. “Fatiha coba keluarkan bijinya seperti buang ingus!”, seruku setengah berteriak mencoba memberi arahan. Tapi bukannya mengeluarkan udara, Fatiha malah menghirup udara kencang-kencang dan akhirnya dia mulai menangis kesakitan. Haduuhh…
Aku pun mencari cara lain, aha! Kuambil jarum dari kotak sewing kit, dengan menggunakan senter kucoba menusuk-nusuk biji di dalam hidung Fatiha. Tapi setiap bijinya hampir keluar, Fatiha langsung menarik wajahnya dan mengucek-ngucek hidungnya. Kulihat keluar lendir berwarna ungu keluar dari hidung yang tersumbat. Aku pun menelpon suamiku mengabarkan hal ini, ia menyarankan untuk memandikan Fatiha, barangkali dia ingat cara mengeluarkan ingus ketika mandi karena tenang.
Tapi hasilnya nihil, setelah mandi Fatiha langsung tertidur, terdengar suara dengkuran karena hidungnya yang tersumbat. Malam pun tiba, akhirnya suami pulang juga. Kami pun coba cari cara lain. Aku coba mencari pinset dan menanyakan ke grup Whatsapp ibu-ibu. Mereka pun mengirim banyak foto-foto berbagai jenis pinset yang mereka punya di rumahnya. Namun tidak ada yang cukup kecil untuk masuk ke hidung kecil Fatiha. Beberapa ibu-ibu lain menyarankan untuk memanggil dokter ke rumah atau pergi ke UGD Rumah Sakit. Kami belum berpikir bahwa ini sedarurat itu untuk sampai harus pergi ke RS.
Setelah mencari informasi di internet, ternyata ratusan pasien anak-anak yang hidungnya tersumbat barang-barang kecil tiap tahunnya sudah biasa ditangani oleh UGD RS. Selain itu, metode yang dianjurkan adalah “Mother Kiss”. Tanpa membaca lengkap artikel di internet kami pun langsung sok mengerti bagaimana metode itu. Aku pun mencoba menyedot biji di hidung Fatiha dengan mulut. Tapi Fatiha yang sedang tidur memberontak karena tidak suka hidungnya disentuh. Kami pun putus asa, akhirnya diputuskan kami akan membawa Fatiha malam ini ke UGD RS terdekat, yaitu RBWH.
Kami segera meluncur dengan mobil menuju RBWH. Suami men-drop aku dan Fatiha untuk masuk UGD dulu selagi ia mencari parkiran gratis yang agak jauh. Aku berlari tergopoh-gopoh sambil mendorong Fatiha di stroller menuju loket registrasi bagian Emergency RBWH (Royal Brisbane Women Hospital). “How can I help you? What is your emergency?”, sapa petugas di balik kaca. “Something stucks in my daughter’s nostril!! (sesuatu tersangkut di lubang hidung anak saya)”, jawab saya panik. Suster kemudian datang untuk mengecek Fatiha, namun Fatiha menangis kencang karena takut dokter dan suster. Maklum ini trauma sejak ia di RS Jakarta untuk pengobatan TBC dulu.
Dokter pun datang dan kebingungan melihat Fatiha yang meraung-raung ingin pulang. Akhirnya dengan bantuan suster lain, Fatiha dibebat dengan selimut RS agar badannya tidak berontak. Dokter memandu kami melakukan metode “Mother Kiss” yang benar, yaitu dengan meniup udara ke mulut Fatiha (seperti CPR), agar Fatiha mengeluarkan udara lewat hidung. Namun keadaan tidak membaik karena Fatiha terus menangis dan berteriak. Dokter pun putus asa dan akhirnya memberikan surat rujukan ke Queensland Children Hospital (QCH).
Pukul 11 malam, kami pun akhirnya pulang dengan hampa. Tidak ada yang berubah keadaannya. Aku sudah lelah setelah seharian ini dan langsung ambil posisi tidur. Fatiha diantar ke toilet sebelum tidur oleh bapak, tiba-tiba Fatiha bersin keras sekali daan…. Surprise!! Bijinya keluar dengan sendirinya. Alhamdulillaah.. semua lega. Entah ingin tertawa atau sedih atas kejadian ini.
Akhir april lalu saya dapet info dari salah seorang dosen di group WA kalau ada dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh alumni salah satu kampus islam di Yogyakarta yang sekrang di Melbourne. Pas saya denger itu masih pakai Initial, selang beberapa hari, eh tiba-tiba sudah muncul di beberapa media online dan sudah langsung disebut nama terduga pelaku. Pas saya check di IG ternyata profilnya luar biasa.
Saya kira tadinya mungkin hoax, mungkin ada yang tidak suka dengan ybs dan fitnah kali ya. Ternyata semakin kesini updatenya semakin ngeri. Saya sempat check di twitter dan di IG, beberapa orang share screenshot percakapan terduga dengan korban. Pas saya baca ngeri juga yah! Selanjutnya saya baca rilis dari LBH Yogyakarta ternyata sudah ada puluhan aduan dan ada yang mengarah sampai ke pelecehan seksual secara fisik juga, WoW!
Memang secara kasat mata ini susah diterima, lha gimana lagi, terduga ini adalah alumni Ponpes yang terkenal di Indonesia, udah gitu kabarnya juga hafidh quran, bacaan quran nya bikin hati nyes, juara dan jago bahasa arab dan bahasa inggirs, pernah ikut YSALI di USA, ustad muda, dan mahasiswa berprestasi sebuah kampus Islam di Yogyakarta. Udah gitu sekarang terduga sedang S2 di salah satu kampus terbaik di Australia di Melbourne pakai beasiswa dari pemerintah Australia. Kurang apa coba? Serius, saya sebenarnya tidak percaya sih!
Bagi saya, zero tolerance lah buat perilaku seperti ini! Dan dengan aduan yang sampai 30 kasus, sampai almamaternya di Indonesia mencabut gelar mahasiswa berprestasi, itu kan sudah menjadi bukti awal kalau hal ini memang terjadi. Udah gitu aduannya di LBH udah sampai 30 orang. Dan kemaren saya dapat link dari teman-teman mahasiswa/i Indonesia di Australia untuk tanda tangan petisi yang pada akhirnya muncul petisi di Change.org. Saat ini sudah ada sekitar 3000 tanda tandangan tuntutan untuk mencabut beasiswa terduga yang saat ini sedang S2 di Melbourne.
Ada beberapa catatan yang ingin saya sampaikan di tulisan ini:
Tidak ada toleransi untuk pelaku dan perilaku pelecehan seksual seperti ini. Semoga persoalan ini segera clear dan tidak terulang lagi apalagi dari informasi yang beredar beberapa pelecehan terjadi di kampus dan juga sudah agak lama.
Ketika manusia masih disebut manusia, maka sifat manusia akan tetap melekat padanya. Jadi dia ya butuh makan, tidur, punya hasrat dsb. Oleh karenanya apapun profesinya, mau dia tokoh agama, mau dia pejabat atau apapun, sekali dia masih manusia ya sifat manusianya masih ada. Maka ya jangan gampang kaguman sama orang apalagi di media sosial. Banyak kok hal-hal yang terjadi hanya karena media sosial. Jadi berhati-hatilah dalam bersosmed. Karena kita sebenernya tidak tahu siapa dibalik dari akun sosmed tersebut.
Momen Ramadhan ini juga bisa kita jadikan sebagai pengingat, kalau berdoa untuk diri maupun anak, jangan hanya sebatas memohon menjadikan generasi penerus kita para hafidh tapi harus kita lanjutkan agar generasi kita menjadi orang yang faqih dan berakhlaq mulia. Hafidh itu adalah milestone pertama bukan terakhir.
“Akan keluar manusia dari arah Timur suatu kaum yang rajin membaca al-Qur’an namun tidak melampaui pangkal tenggorokan mereka” (HR Bukhori).
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faqih dalam agama” (Muttafaqun ‘alaihi).
Semoga kita dan keluarga kita dilindungi dari akhlaq yang buruk seperti itu dan terhindar dari orang-orang yang mempunyai kelakuan buruk seperti itu. Amin.
Ketinggian ilmu tidak menjamin ketinggian adab, makanya mengapa para ulama terhadulu belajar adabnya lebih lama daripada ilmu
Selama dia masih manusia tidak ada jaminan apapun profesi dia, nabi selamat karena maksum terjaga.
Jangan gampangan kagum apalagi hanya kenal di sosmed, harus lebih banyak hati-hati
Bila kita dianugerahi oleh Allah berupa kemampuan hafalan quran yang baik, bacaan quran yang baik, dipanggil ustad karena paham agama. Seyogyanya kita punya rasa tanggung jawab lebih tinggi. Dan lebih menjaga adab karena Allah sudah memberikan karunia spt itu.
Tidak ada generalisir, itu ya oknum, tp saya sebagai orng islam, kenapa saya nulis ini adalah untuk self kritik. Saya gak akan menyalahkan orang di sana mau dia mengaitkan dg posisinya sbg ustad atau sebagai ahli agama. Tapi yang saya tekankan adalah self kritik terhadap diri. Harus lebih baik lagi. Apalagi kalau posisi saya tinggal di Australia yang muslim sebagai minoritas.
Disitu juga disebutkan, karena YBS juga aktif menjadi pengisi ceramah di beberapa mesjid di sini.
Tentu ini juga mencoreng komunitas muslim Indonesia disini. Paling penting dalam hidup itu autokritik, kadang Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak
Semoga kasus ini segera clear. Cukup susah untuk kasus seperti ini apalagi di Indonesia. Mungkin ini dulu ya, salam dari Brisbane.
Waktu menunjukkan pukul 11 malam ketika aku masih menyelesaikan cucian piringku. Tiba-tiba aku merasa pusing dan sesak nafas, belum selesai apa yang kukerjakan, aku segera merebahkan diri ke kasur. Suami yang melihatku jadi heran, “Ibu kenapa? Anemianya kambuh ya?”, tanyanya. Hmm.. tidak biasanya aku sepusing ini hanya karena berdiri lama untuk mencuci piring. Aku ingat mengalami perasaan ini ketika dulu hamil anak pertama kami, Fatiha. Aku dan suami mendadak saling pandang penuh arti, “Jangan jangan……”, pikiran kami sama.
Esoknya, aku mencoba menggunakan test pack dan… surprise! Aku positif hamil! Di bulan ketiga kedatanganku ke Brisbane, ternyata Allah sudah memberiku amanah baru, yaitu janin di dalam rahimku, calon adiknya Fatiha. Hal yang membuat kami cukup kaget karena kami tidak menyangka kehadirannya begitu awal. Segera kami membuat appointment untuk bertemu dengan GP (General Practitioner) atau dokter umum di klinik kampus untuk konsultasi kehamilan.
Di pertemuan pertama, saya pikir GP akan melakukan USG pada saya untuk melihat keberadaan kantung kehamilan dalam rahim seperti yang dilakukan oleh dokter spesialis kandungan atau SpOG di Indonesia. Namun ternyata cukup berbeda. GP maupun dokter spesialis di sini tidak berwenang untuk melakukan USG. Hal yang dilakukan pertama kali bersama GP adalah mengecek usia kehamilan berdasarkan kalender menstruasi, tes darah, dan tes urine. Hasil tes lab tersebut langsung diintegrasi secara online ke public hospital terdekat yang menerima OSHC (Overseas Student Health Cover) atau asuransi kesehatan mahasiswa, yaitu RBWH (Royal Brisbane Women Hospital). Asuransi OSHC ini sudah meng-cover seluruh biaya konsultasi dengan GP di klinik, tes-tes lab, hingga konsultasi dengan midwife (bidan) dan dokter spesialis di RS. Namun tidak meng-cover suplemen atau vitamin selama kehamilan.
Beberapa hari kemudian, hasil tes lab darah pun keluar dan menunjukkan bahwa saya mengalami defisiensi zat besi dan vitamin D. Hal inilah yang membuat saya sering merasa pusing dan mengantuk berat selama trimester pertama. Tapi yang kami heran adalah ternyata saya kekurangan vitamin D, artinya saya kurang banyak terpapar sinar matahari! Kabar baiknya, ternyata UQ Aquatic Center, kolam renang milik kampus suami memiliki program khusus ibu hamil untuk gratis berenang tiga kali sepekan selama 14 bulan! Surprisenya lagi adalah mereka menyediakan kursus renang untuk bayi usia 4 bulan nanti pasca melahirkan. Bahkan, untuk menjadi member program yang bernama “Bubble Club” ini semua gratis, padahal jika tidak hamil, untuk masuk kolam renang UQ satu kali saja bagi non-student, harga tiketnya sekitar $8. Akhirnya, dalam rangka meningkatkan vitamin D, saya pun rajin renang ke kampus setidaknya 1-2 kali sepekan bersama Fatiha yang masih bebas tiket karena usianya di bawah 3 tahun.
Ibu dan Fatiha sedang berenang di UQ Aquatic Center
Memasuki usia kehamilan 13 minggu, saatnya jadwal pertama untuk USG. Di sini, USG hanya dilakukan sebanyak dua kali selama masa kehamilan dan dilakukan oleh ultrasonographer di sebuah lembaga scan terdekat, saya melakukannya di Qscan Toowong. USG yang pertama ini bernama Nuchal Translucency yang berfungsi untuk mengukur ketebalan lipatan nuchal di belakang leher bayi yang menjadi indikator ada atau tidaknya kelainan kromosom atau kecacatan.
Sedangkan USG yang kedua bernama Morphology Test di bulan ke-5 untuk melihat seluruh organ tubuh bayi dan jenis kelamin. Scan ini cukup menjadi pengalaman unik bagi saya, di SMS, mereka meminta saya untuk minum air setidaknya 1 liter 1 jam sebelum scan dilakukan dan menahan pipis. Namun karena saya tidak hafal apakah saya sudah minum sebanyak 1 liter atau belum, saya terus saja minum air sebanyak-banyaknya yang membuat saya sangat kebelet pipis sesampai di ruang scan. Singkat cerita, there’s another surprise! Calon adiknya Fatiha adalah laki-laki, lengkaplah menjadi sepasang anak kami. Alhamdulillah.
Setelah scan kedua, kami dijadwalkan ke RS untuk bertemu midwife. Pertemuan pertama ini, kami diwawancara oleh satu midwife dan asistennya untuk mengisi data dan riwayat kesehatan. Selanjutnya, mereka meminta suami untuk keluar ruangan dan saya diminta mengerjakan beberapa soal terkait kondisi kesehatan mental diri dan keluarga. Ya, mereka sangat peduli dengan kesiapan mental calon ibu, apakah ibu bahagia atau merasa stress dengan kehamilannya, bagaimana sikap partner terhadap ibu, kemudian siapakah yang nantinya akan membantu mengurus bayi pasca persalinan, dsb. Pekan depannya, masih di RS yang sama, kami dijadwalkan untuk bertemu dokter spesialis kandungan untuk mendiskusikan beberapa isu terkait kondisi kehamilan dan riwayat kesehatan. Selain konsultasi, dokter juga mengecek detak jantung janin dan tensi. Di RS ini juga, saya diminta untuk tes urin dan hasil tes mengatakan bahwa urin saya mengandung leukosit dan akan ditindaklanjuti oleh GP di klinik UQ.
Masih di bulan ke-5, GP yang menangani saya meminta kembali tes urin, darah, dan Glucose Tolerance Test (GTT). Tes ini sebetulnya juga dulu ketika hamil Fatiha, tersedia di Puskesmas Indonesia, namun karena ketika tes darah gula saya normal, mereka tidak menyarankan melakukannya. GTT ini tes yang cukup menyiksa, karena sejak malam saya diminta berpuasa makan dan minum, kemudian pukul 9 pagi, petugas lab meminta saya meminum langsung sebotol sirup manis rasa lemon. Rasanya perut kosong dan tiba-tiba diisi air yang manis asam ini ternyata membuat saya pusing dan mual, apalagi setelah meminum sirup tadi saya diminta menunggu selama 1 jam untuk diambil darah dan tetap berpuasa. Kemudian diminta menunggu 1 jam lagi tapi boleh minum air putih. Darah yang diambil pun cukup banyak dibanding perkiraan saya, 1 tube! Saya kira saya akan dites glukosa darah hanya di ujung jari saja.
Memasuki akhir trimester kedua, kami mulai mencari perlengkapan bayi. Alhamdulillah, selama di Brisbane ini jarang kami harus membeli barang karena adanya giveaway dari teman-teman Indonesia. Carseat, box bayi, stroller bayi, clodi, tas bayi, hingga peralatan MPASI semua dapat gratis dari teman yang back for good (pulang karena telah selesai studi) ke Indonesia. Ini hal yang tidak dialami ketika hamil Fatiha dulu di Indonesia, dulu jika perlu peralatan yang agak besar seperti booster seat atau high chair, saya harus menyewanya bulanan jika tidak ingin membeli.
Beberapa hal yang membedakan dengan pengalaman hamil di Indonesia, semua dokter yang saya temui di sini tidak ada yang percaya bahwa minus mata yang tinggi berarti harus melahirkan dengan operasi caesarean. Mereka juga mempersilahkan ibu hamil untuk makan apa saja dan tidak ada pantangan, misal seperti durian, soda, mie instan, nanas, dsb. Ohya, terakhir di sini tidak ada susu ibu hamil seperti yang banyak diiklankan di Indonesia ya.. he he..
Hari Ahad kemaren, tgl 27 Oktober kami sekeluarga main ke Mount Coot-tha Botanic Gardens. Tidak jauh sih dari rumah, sebelah Milton kira2 hanya 15 menitan driving. Disana kami ke Planetarium ngajak fatiha untuk mengenal space, kata dia “Ibu Bapak, look look, space!” hahaa, padahal anak ini belum masuk kindy tapi ngomongnya udah campur raduk, maklum efek “ABC kids” di TV yg tiap pagi dia udah bisa nyalain sendiri.
Sehabis dari planetarium, biasalah main ke garden, keliling-keliling, dari Japanese Garden, kemudian ke taman bambu, sampai lihat buaya! Seneng banget deh. Yang pasti tak lupa adalah nggelar tiker sambil makan. Intinya sih pindah tempat makan wkwkw 😀
Kamipun pulang dan sampai rumah jam 3 sore! Saya bersiap2 untuk pergi karena ada urusan penting di coronation #wasyahh sok sibuk. Sekitar jam 4 sore, Istri saya telp, “Mas, fatiha hidungnya kemasukan blue berry”. Sontak saya berpikir, perasaan blue berry gede deh masak bisa masuk hidung anak-anak? Saya inget hari Jumat lalu, istri dan fatiha belanja ke Coles dan fatiha beli blueberry.
Saya bilang ke istri, “coba check dia habis main apa. Seingetku waktu di Garden dia metik bijian tumbuhan warna hitam, mas takutnya itu yg masuk ke hidung”. Sayapun bilang ke istri untuk mandiin fatiha, ya sapa tau pas mandi bisa keluar bijinya. Kata istri sih, dia sampai udah nyoba nusuk2 buahnya pakai jarum pentul “bahaya banget bukan? wkwkw”. Dan keluar cairan hitam-hitam, makanya istri saya ngiranya blue berry.
Saya pulang sampai rumah jam 6 dan Fatihapun sudah tidur. Saya tanya ke istri, kata istri masih kesumbat itu hidung fatiha, napasnya juga gak lancar. Dia tadi juga nangis2 katanya sakit, terus akhirnya ketiduran. Saya coba check, pakai center lihat hidungnya. Eh ternyata bener, kelihatan! dan saya yakin itu bukan blueberry. Saya ambil blueberry dan nunjukin ke istri, “Blueberry gak ada bijinya, ini mas pencet langsung hancur”. Akhirnya Istri nunjukin biji2an yg ternyata dibawa fatiha dari Taman, pas saya check saya cukup kaget krn bijinya ternyata keras! “Wah gimana ini ngeluarinnya”, batin sy.
Kami pun bingung, saya coba pegang2 hidung dia, dia berontak soalnya pas tidur. Sayapun berpikir sptnya bukan ide bagus untuk ngeluarin pas dia tidur apalagi klo pakai benda yg tajam takut malah nanti luka. Saya bilang ke istri, “coba deh kamu tanya di group ibu2 Indonesia BNE, ada yg punya pinset tidak? nanti mas coba keluarin klo dia bangun, tp skrn pinjem pinset dulu aja”.
Namanya juga ibu2, langsung fast response lah ehehe, sampai dikirimi foto2 pinset punya ibu2 yg sptnya serem-serem dan terlalu gede. Banyak yg nyaranin untuk telp home doctor atau langsung dibawa ke emergency/UGD saja!
Sebagai insan IT, tentu yg saya lakukan adalah googling. Jadi inget presentasinya om Jimmy kemaren ttg “Consumer Health Search” haha, Saya coba Googling dg keyword “Something stuck in my kid’s nose” dan beberapa informasi keluar! Salah satunya cara ngeluarinnya adalah dg “Mother kiss!”. Tanpa baca isinya, saya langsung kepikiran dulu Ibu saya pas adik saya pilek gak bisa napas hidungnya di sedot pakai mulut ibu. “huft, malah jadi baper keinget emak, sungguh pengorbanan emak memang luar biasa”!
Saya sama istri langsung sepakat ingin mencobanya, akhirnya dicobalah beberapa kali pas fatiha tidur sampai akhirnya dia kebangun dan hasilnya “FAILED”. Dari berbagai tulisan yang kami baca memang tidak disarankan untuk mengeluarkan sendiri dengan alat2 tajam takutnya malah melukai. Sayapun sebenernya berpikir, apakah ini terhitung emergency tidak ya? cuman saya ya takut aja kalau kenapa-napa. Ya sudah akhirnya saya putuskan, yowis yuk, ke emergency/ UGD aja. Rumah sakit terdekat dan yg public yg saya tau ya RBWH. Karena dulu pernah nganterin temen ke sana.
Kamipun siap2 dan akhirnya kami pergi ke RBWH (Royal Brisbane & Women Hospital), kurang lebih 20 menitan kami sampai ke emergency. Kurang lebih jam setengah 8 malam kami sampai RS. Seperti yang kami duga, fatiha nangis meraung-raung gak ketulungan karena dia tau dia di Rumah sakit dan ngelihat suster. Maklum trauma vaksin, dia takut disuntik hehee. Cukup ngasih kartu Alianz (asuransi kesehatan) fatiha, dan student card saya. Semua beres, langsung dilayani!
Dokter nanya kronologinya dan sayapun mencoba menceritakannya. Saya juga bawa sample pant seed yg diduga sebagai pelakunya. Wadeh kaya kriminal saja. Ini gambar sample yg saya tunjukin ke dokter.
Plant seed – yg kami duga masuk ke hidung fatiha
Dokterpun bertanya, apa yg sudah dilakukan. Kami juga cerita, dari mulai nusuk2 pakai jarum pentul pas dia tidak tidur, kemudian mencoba agar fatiha bersin, dan kata istri fatiha juga udah bersin beberapa kali tapi ttp tidak keluar biji di hidungnya. Kamipun juga bilang kalau kami sudah melakukan “Mother kiss” method. Dokterpun bilang, wah ternyata kamu tahu method itu, gimana kamu melakukannya? Dan ternyata teng ting tong….. wkwkw, karena saya gak baca cuman baca judul dan inget emak waktu itu! ternyata yg kami lakukan salah haha. Mother kiss itu “Blow” bukan “Suck”. Jadi Mother kiss itu, meniupkan udara ke mulut anak sehingga nanti udara akan keluar dari hidung. Bukan “sucking the nose wkwkwk” Tapi juga harus hati2 apalagi buat anak, nanti takutnya kenapa2 dengan paru-parunya! Jadi saran dokter gimana klo kita coba mother kiss disini. Tapi saya coba ceheck dulu deh hidung dia, kata dokternya.
Ketika dokter mau check, spt biasa, fatiha nangis gak ketulungan, sampai2 dokter ngeluarin mainan aquarium dan sebagainya. Intinya fatiha gak bisa diajak kerjasama! ya sudah pilihan terakhir, fatiha di balut badanya dg kain dan dokter berusaha ngelihat biji di hidungnya. Dan ternyata….. bijinya makin masuk ke dalam. Ya feeling saya sih karena dia nangis! Jadi makin masuk deh. Ya sudah akhirnya atas petunjuk dokter kami melakukan mother kiss dg kondisi badan fatiha dibalut kain jadi dia gak bisa gerak gerak. Istri saya cobain 3X hasilnya “FAILED”. Akhirnya giliran saya, tetp ndak bisa dan kasihan fatihanya, sptnya saya menipunya terlalu kencang, dia sampai batuk2 hehe. Akhirnya dokterpun menyerah.
Dokter disini memang sangat hati-hati, dia bilang, “kami sebenernya menangani emergency untuk adult bukan anak-anak”. Jadi jalan terbaiknya sepertinya begini.., kami dikasih surat rujukan ke Queensland Childern Hospital (QCH) di South Bribsane, tapi rujukannya ini bukan ke emergency, langsung ke klinik special dokter ahli masalah sumbat hidung. Hmm.. makin gedeg-gedeg saya, ternyata ada ya ahli sumbat hidung pikir saya. Kata dokternya ditunggu saja senin pagi, nanti kamu akan ditelphone dan kamu bisa bawa fatiha ke klinik. Kalau malam ini misal ada kondisi darurat misal bleeding atau kesulitan bernapas atau apa, bisa langsung telp ambulan atau dibawa ke emergency QCH, kata dia. Dia juga ngasih semacam alat plastik, kata dia siapa tau nanti bisa dicoba pakai ini kalau anaknya mau.
Kami pun akhirnya berpamitan dari RBWH, dan ketika kami mau pulang, sontak fatiha senangnya bukan main, langsung bilang ke dockternya “Thank you”, terus cium tangan wkwkw, nduk,… nduk wkkww.
Kami pulang sampai rumah jam setengah 11. Istri udah ngantuk banget, tapi fatiha masih melek, ya iyalah dia tidur sore tadi! Fatiha minta melon dan pisang, akhirnya makan deh dia.. Saya coba googling lagi laptopan di depan, karena Ibunya udah tidur, dia pangil2 saya, “Bapak-bapak, fatiha mau cuci tangan”. Sayapun nyalain lampu kamar mandi, dan mau nganter dia cuci tangan. Eh, tiba-tiba dibersin keras banget dan keluar ingusnya dan terlihat dilantai Biji hitam plus ingus-ingus fatiha. Alhamdulillah, seru saya! istripun langsung kaget dan bangun. Alhamdulillah, biji di hidung fatiha keluar! Saya langsung coba nyalain senter HP dan lampu, saya lihat hidung fatiha, dan sptnya bener memang sudah keluar….
Inilah penampakan dari biji yg ada di hidung fatiha..
Seed plant yg ada di hidung Fatiha
Pagi hari ini sekitar jam 8 saya mendapatkan telphon dari QCH mananyakan tentang surat rujukan dan appointment ke kinik siang ini. Sayapun bilang “case solved” biji sudah keluar, jadi kami spertinya tidak perlu ke QCH. Pihak rumah sakit bilang baik, tapi klo misal kamu pingin memastikan kondisi fatiha, kamu bisa datang hari ini atau bisa telp. Saya bilang “Oke terima kasih”.
Kamipun sarapan soto, dan saya bilang ke fatiha, “Nduk bapak mau makan mie ini lewat hidung, boleh gak? “, “Gak boleh gak boleh, bapak”. Terus saya ambil biji yg tadi, saya lihatin ke fatiha, “Nduk bapak mau masukin biji ini ke hidung bapak ya?”, Kata dia “gak boleh bapak, nanti sakit dan gak bisa bernapas, nanti harus ketemu dokter”. Oke nduk, besok gak main-main biji sama hidung ya?.. Oke bapak kata fatiha.
Selasa, 18 Juni 2019 pagi2 istri menggigil kedinginan sambil selimutan, 2 pemanas didalam rumah semua dinyalakan, suhu di pagi itu sekitar 8 derajad celcius, beda sama Fatiha anak kami yang malah tidak mau pakai jaket, ya mungkin dia punya gen dari bapaknya dan kakek neneknya yang dari Temanggung Gunung Sumbing yang terbiasa dengan udara dingin.
Kami pernah berencana untuk beli jaket winter, tapi belum kesampaian krn seminggu di sini istri langsung sakit hehe, saya coba googling nyari di website Uniqlo Australia, eh harga winter jacket for women diatas 200an dolar semua. Hemm, kan sayang, bukan? Akhirnya saya inget, dulu pas pertama datang ke Korea thn 2013 September, setelah beberapa bulan saya mengalami winter dan waktu itu saya diajak sama senior (Mas Ardi) untuk belanja di second hand shop dan ternyata benar, harga sangat murah, dan klo beruntung bisa nemu barang bagus.
Akhirnya saya inget kata salah satu temen di Aussie yang sangat hobby mengumpulkan barang give away terus dijual lagi (Mas Susilo), hingga-hingga klo dia pakai barang baru saya tidak percaya klo dia beli, pasti give away wkwkw, dia pernah bilang di Sherwood ada Op Shop alias tempat beli barang second hand. Jadi Op Shop ini, kalau kita punya barang yg masih bagus dan pingin didonasikan utk pet bisa dibawa kesini. Nanti kita donasi dalam bentuk barang, kemudian hasil penjualannya 100 % utk animal care.
Opshop Sherwood
Akhirnya saya putuskan untuk pergi kesana sembari lihat2 kalau2 ada yg cocok, jam 10 kami berangkat dari rumah. Fatiha saat ini sudah seneng banget naik car seat, bahkan sekarang pingin naik sendiri dan selalu ingat harus pakai sabuk pengaman. Kami jalan lewat Indooroopilly, melewati warung Indonesia sendok garpu, kemudian melewati jembatan cinta Indooroopilly. Saya sendiri sih yg menamai itu jembatan cinta, soalnya bagus. Saya yakin klo jembatan ini ada di negeri seberang, disitu bakal banyak muda mudi nongkrong pakai motor di sebelah kanan dan kiri sambil panggil mama papa, tak lupa juga pasti banyak penjual gorengan, siomay, batagor, cilok dan cireng yang nempel di situ hehe. Tapi karena di sini jadi tak ada juga ABG labil yang berdiri ditengah jalan sambil foto selfie dengan background jembatan ini hehe.
Setelah melewati jembatan cinta ini, saya mengalami hal aneh, yakni perut saya terasa tdk enak. Waduh jangan2 saya kena santet nih? tunggu!, tidak sepertinya, saya ingat beberapa hari yg lalu saya belanja ke Inala market (Asian Market) dan karena melihat cabe rawit yang sangat langka, akhirnya kami beli banyak, terus istri buatin tahu isi setelah itu, yang in the end membuat saya kalap makan tahu isi dengan cabe rawit gak tau habis berapa! Hmmm.. cabe rawit pasti pelakunya ini.
Waduh, semakin kesana semakin gak fokus, saya saat itu di Oxley Rd, perut tidak bisa diajak kompromi, toleh kanan kiri siapa tau ada mesjid mau numpang ke toilet, wah iya ini kan di Brisbane pasti gak ada pikir saya. Oya saya langsung teringat bahwa di Oxley Rd ini ada 2 pom bensin, yakni 7 eleven dan united. Ada harapan nih!!! Sambil nyetir gak fokus dan muka sudah mulai merah, akhirnya 7 eleven gas station terlihat di depan sebelah kiri jalan, langsung saja saya banting setir ke kiri masuk dan parkir di situ. Saya langsung lari masuk ke 7 elevennya dan tanya ke petugas, ”Sorry, is there any toilet available here?”, “I am so sorry , we don’t have toilet here,”, jawab mbk2 kasir berambut pirang di situ. “Matek aku !,”, batin saya dalam hati.
Streessssss, bener2 stress. Saya bilang ke istri, “tunggu di mobil ya, mas mau cari toilet di sekitar sini”. Saya jalan sambil tolah toleh kanan kiri, siapa tau ada kantor yg mungkin saya bisa masuk?, semak semak banyak sih, tp itu bad idea. Saya gak mau nanti muncul di ABC news ada berita CCTV footage pelaku BAB di semak2 kemudian dideportasi krn BAB di semak2 wkwkw. Ya karena di depan kantor biasanya ada semak2 tapi juga ada CCTV nya hahaha. Sambil masih liat2, eh ternyata saya melihat ada Gereja di seberang jalan, tidak jauh dari posisi saya. Graceville Uniting Church, wah harapan satu2 nya nih! Saya langsung nyeberang jalan tanpa ke tempat penyebrangan krn namanya juga emergency. Saya lari ke Gereja tadi kemudian lihat ada plang di depan tulisannya jam pelayanan: Minggu mulai jam 9am. “Wah kyknya tutup nih”, pikir saya. Saya coba tetap ke situ, eh saya melihat ada orang di halaman samping gereja. “Sorry Mam, may ask you question? is there any toilet available in this church?” tanya saya. “Sure, let me show you”, kata ibu2 udah agak sepuh itu sambil menunjuk sign toilet di samping gereja. Alhamdulillah, tak lupa saya ucapkan matur sembah nuwun pada ibu2 tadi, saya langsung bergegas ke toilet dan akhirnya….!
Setelah selesai dg hajat saya, sambil berjalan ke mobil yg saya parkirkan di 7-eleven saya sambil berpikir. Iya ya, saya 8 tahun hidup di Mesjid, numpang tidur, makan, dan smuanya disitu semenjak SMA sampai lulus S1. Hidup ditolong oleh rumah Allah, eh sekarang di kondisi darurat saya juga ditolong oleh rumah Allah lagi. Jadi terharu rasanya.
Perjalanan kami lanjutkan ke Op shop, dan sebenernya gak jauh sih, Op shop sherwood persis ada di perempatan Sherwood, depan sherwood state school yang dulu dipakai untuk tempat TPS Brisbane. Setelah menemukan tempat parkir, kami jalan ke situ dengan kondisi fatiha sudah tidur, ya mau tidak mau akhirnya kami gendong karena kami gak bawa stroler.
Ternyata di Op Shop saya melihat ada celana bagus, dan saya juga perlu celana sih. Beberapa celana saya sudah rusak karena terkena cairan berbahaya sehabis kerja part time beberapa hari lalu, wkwkw. Akhirnya saya putuskan ambil 2 celana itu lha wong 1 celana harganya hanya 5$. Toh itung2 donasi buat animal care lah hehee. Istri lagi sibuk lihat2 jaket dan akhirnya nemu jaket bulu2 yg lumayan bagus lah, ya lumayan buat dipakai klo tidur hehe.
Setelah selesai kami ke kasir dan bayar kemudian jalan pulang. Sesampainya di rumah saya selalu ingat bahwa ketika beli barang harus selalu dicuci dulu sebelum dipakai. Seperti biasa kebiasaan saya sebelum memasukkan baju ke tempat baju kotor biasanya saya mengecheck kantong. Eh tak sadar saya juga ngecheck kantong 2 celana yang saya beli tadi. Eh, saya kaget, “apa ini”, pikir saya. Ternyata saya menemukan uang 10$ di kantong celana sebelah kanan, caya coba rogoh kantong yang lain, eh ternyata ada 20$ lagi di celana sebelah kiri. Ini niatnya mau beli dan donasi eh malah bathi (untung). Hadeh, “pye iki”, pikir saya. Saya menemukan 30$ didalam kantong celana yang saya beli. Jadi bingung nih, gimana ni hukumnya dan status uang ini? wkwkw. Oalah halah ada aja pengalaman hari itu.
Intinya hikmah dari semua ini adalah, selalu pastikan bila mau berkendara kemanapun, pastikan perut kondisi baik. Kedua, banyak kok Op Shop2 alias tempat penjualan barang second hand. Jadi klo kita butuh barang yg mungkin masih terlalu lama klo harus menunggu give away atau nyari barang buangan di kerbside, kita bisa kok ke opshop. Toh kita beli disitu juga sekalian donasi hehe dan harganya sangat murah, klo beruntung dapat barang bagus lagi. Begitulah kura kura!
Konfercab (Konferensi Cabang) PCI NU – Australia and New Zealand (ANZ).
Ini sebenarnya postingan telat banget, lha acara konfercabnya saja bulan Februari, eh ini baru sempat menulis bulan Juni hahaha. Tapi tak apalah buat kenang kenangan siapa tau bermanfaat.
Sejak mulai akhir tahun 2018 kami teman-teman NU Brisbane sudah bersiap siap untuk acara konfercab PCI NU ANZ yang direncanakan akan dilaksanakan di Brisbane di bulan Februari.
PCI NU cukup berbeda ya dengan Muhammadiyah, klo Muhammadiyah punya state branch klo NU tidak. Jadi di Queensland ini ada PRIM Queensland tapi tidak akan ada PCI NU Brisbane, karena di ADART NU, PCI NU cabang istimewanya adalah level negara bukan sampai state.
Di Brisbane teman-teman NU biasanya gabung juga dengan teman-teman Muhammadiyah sering mengadakan kajian bulanan yang disebut sebagai “Khataman”, tapi sepertinya kalau yg saya alami sih hanya nama saja khataman tp tidak pernah mengkhatamkan Quran haha. Kabarnya sih dulu memang sering dibagi gitu, misal siapa yang juz 1 – juz 29, kemudian pas acara bareng2nya tinggal mengkhatamkan juz 30nya. Tapi mungkin karena kondisinya yg mayoritas isinya student, mereka disini hanya temporary jadi cukup susah utk dikondisikan spt itu.
Balik lagi ke PCI NU ANZ 2019, ini langsung lihat posternya saja ya hahaha.
Btw yg ngedesign poster ini istri saya wkwkwwHabis lihat hasil design istriku, aku jadi tahu kalau dia memang sepertinya berbakat di perdesignan haha
Kalau ini yg ngedesign dari UQISA
Jadi bisa dilihat dari 3 poster diatas, di acara konfercab kita ada 3 acara utama:
High tea (ini cukup eksklusif) karena sasaran kami adalah tokoh2 penting di Queensland dan tokoh2 penting di komunitas Indonesia – hadir juga lho pak Heru Subolo – Konjen RI untuk Australia di acara ini (Speech nya oleh Dr Nora Amath)
PCI NU ANZ Conference 2019
Acara utama konfercab – ini acara internal NU ANZ – isinya ya pada akhirnya pemilihan rois PCI NU ANZ baik rois sururiyah maupun tanfidziah.
Konfercab PCI NU ANZ 2019 di Brisbane
Acara untuk umum khusus warga Indonesia (Mahasiswa/i/permanent residen/citizen australia) yg mengerti bahasa indonesia. Acara ini di UQ dan di isi oleh Gus Muwafiq (KH Ahmad Muwafiq).
Gus Muwafiq ceramah di The University of Queensland Brisbane
Alhamdulillah acaranya lancar guys, hasil konfercabnya ya pengurus baru PCI NU ANZ, bisa dilihat di website resminya begitu juga streaming kajian dari gus muwafiqnya atau acara lainnya.
Terus yang jadi pertanyaan sering ada yang tanya, Ris kamu itu NU bukan sih? Akupun kadang juga bingung jawabnya, lha soale gak punya kartaNu ahhaa, ya klo secara kultural ya bisa dibilang aku NU kultural, yg jelas NU banget yo keluarga saya, Ibu sy ketua muslimat NU di kampung, saudara saya juga jelas punya pesantren di kampung dan aktif di cabang.
Kalau saya sendiri ya mbuh hahaaa.. Dulu di Korea sering diminta ngisi pengajian yo pengajiannya kadang pake bhs jawa krn pesertanya kebanyakan TKI dari jawa dan tentu ya ngaji NU. Di Brisbane ini sepertinya kebetulan saja ya kyknya pas nyampe Brisbane terus ketemu sama temen NU dan pas ndilalah ada confercab NU, jadi ikut jadi panetia. Kalau secara amalan ya amalan saya NU tulen, tapi ya bisa menyesuaikanlah wkwkkww. Jangan salah dulu selama di SMA di Temanggung saya tinggal dan jadi marbot di Masjid Muhammadiyah, pernah ngaji di ponpes salafi (ini salafi muhammad bin abdul wahab ya) tapi gak begitu lama karena cukup stress karena waktu itu saya jadi sibuk melihat amalan orang lain itu bidah apa tidak hehe, bahkan sempat aktif lama ikut jamaah Tablig waktu di Temanggung, pengajian MTA pun pernah saya datangi. Intinya sih dalam persoalan agama kita harus banyak2 belajar dari banyak orang biar mata kita terbuka dan tidak seperti katak dalam tempurung.
Al hasil nanti kita tidak akan cepat mudah menyalahkan orang yg berbeda dengan kita. Mungkin itu saja deh…
Semenjak saya posting tulisan “Meninggalkan keluarga demi S3” sepertinya sudah 1 tahun 9 bulan mungkin kali ya, sampai pada akhirnya visa anak dan istri saya Granted.
Sungguh pengurusan visa keluarga saya ke Australia ini tidak seperti teman pada umumnya, saya harus menanti visa istri dan anak kurang lebih 9 bulan, udah kayak nungguin anak lahir saja hehe. Gimana ceritanya? dan apa sarannya? yuk simak tulisan saya berikut ini.
Saya masih ingat waktu submit aplikasi visa istri dan anak saya itu ditanggal 21 Agustus 2018, dan baru kemarin tanggal 20 Mei 2019 Granted. Silahkan lihat gambar berikut ini.
Submit Aplikasi Visa Australia (anak dan istri) tanggal 21 Agustus 2018Visa anak dan istri baru granted tanggal 20 May 2019
Total 9 bulan lebih penantian akhirnya granted juga. Kenapa kok bisa begini? di postingan ini saya akan mencoba menjelaskan, semoga bagi pembaca semua bisa mengambil hikmahnya khususnya bagi teman-teman yang berencana studi ke Australia dan ingin membawa keluarga.
Beasiswa saya LPDP memberikan support family allowance (tunjangan keluarga) setelah saya menjalani kuliah 1 tahun, jadi baru bisa mengajukan tunjangan keluarga setelah bulan 13. Karena itulah saya memang berencana membawa keluarga setelah 1 tahun kuliah. Sandungan lainnya juga ada yakni membayar asuransi kesehatan yang cukup besar. Saya bulan Juli membayar asuransi kesehatan keluarga sebesar 10,000 AUD atau 100 jutaan agar bisa apply visa family. Ini ceritanya gimana? ya LPDP hanya cover asuransi single (student) jadi bila kita ingin bawa keluarga jadi harus upgrade asuransi kita ke tipe family dan itu harus bayar seluruh asuransi di awal (sebelum apply visa).
Mungkin bagi teman-teman yg sudah bekerja lama di Indonesia, punya aset mobil misalnya, mereka bisa langsung berangkt bareng keluarga karena punya tabungan. Tapi apa daya saya yg baru lulus S2 dan baru nikah terus langsung punya anak hehe. Ya begitulah… tapi percaya Allah pasti ngasih jalan.
Singkat cerita, Oktober 2018 adalah bulan dimana saya akan genap 1 tahun di Australia, jadi saya berencana membawa keluarga bulan November sehingga saya bisa mengajukan tunjangan keluarga. Kalau hidup bersama keluarga dan tanpa tunjangan keluarga itu cukup berat disini karena tidak cukup living allowance yg diberikan untuk mengcover kebutuhan keluarga. Akhirnya ya itu Agustus 2018 saya apply visa dan sebelumnya Juli 2018 saya bayar asuransi 100jt rupiah hasil menabung selama 1 tahun. Cieeyyyee yang rajin menabung.
Setelah submit aplikasi VISA ke immi account, kita akan dapat HAP ID untuk dibawa ke rumah sakit yg punya kerjasama dg pemerintah australia (dulu saya dan istri/anak ke RS premier jatinegara). Setelah periksa kesehatan bisanya tinggal nunggu beberapa hari visa langsung keluar.
Buktinya? dulu saya hanya butuh 1 hari visa langsung granted. Saya masih inget, submit hari senin langsung dpt HAP ID, hari selasa periksa ke RS premier jatinegara, hari Rabu visa saya sudah granted.
Ehhh.. lah dalah, kok setelah submit aplikasi visa anak dan istri ini ditunggu 3 hari, 4 hari sampai 1 minggu kok statusnya gak ada perubahan. Saya sempat bingung, akhirnya setelah 1 minggu baru dapat telp dari RS Premier Jatinegara kalau istri saya suspect TBC.
Haduh, lansung pusing kepala saya, saya udah tau dan dengar2 dari teman-teman kalau Aussie memang sangat strict dg ini bahkan di saat mendarat di Aussie kita juga harus mengisi form declare termasuk disitu ada form ttg TBC. Saya langsung putus harapan rasanya saat itu.
Lha gimana, istri itu dulu sebelum periksa kesehatan ke RS premier jatinegara, dia udah pernah rongten di RSUD Bogor dan dinyatakan bebas TBC, saat itu istri rongten untuk persyaratan mendaftar beasiswa LPDP yg pd akhirnya gak lolos hhahaa, belum rejekinya. Ditambah istri gak ada gejala batuk, malah jarang sekali batuk dan sehat banget. Makanya saya benar2 shock. Saat itu saya langsung beli tiket dan memutuskan pulang. Kami langsung ke RS dan berdiskusi gmn kelanjutan visa istri ini. Ternyata ribetnya minta ampun.
Istri harus tes sputum (dahak) kemudian nunggu 3 bulan utk melihat hasilnya (inget dulu perjuangan istri jadi sedih, karena istri sy sehat dan tdk bisa mengeluarkan dahak jadi harus diuap segala macam)
Kalau hasil negatif bisa go, klo hasil positif harus treatment 6 bulan
Gileee, total 9 bulan dums
Belum lagi nanti processing timenya, ya Rabb.
Dan yang lebih ribet dan bikin kami sedih adalah, karena kami punya anak dibawah 2 tahun. Fatiha negatif, tp karena tidak mungkin memisahkan fatiha sama ibunya. Maka ketika Ibunya nanti harus treatment, fatiha harus minum antibiotik pencegahan.
Dan yang lebih repot lagi, untuk treatmentnya, setiap hari minum obatnya harus ke RS Premioer Jatinegara dan disaksikan oleh suster.
Tiap 2 bulan nanti ada rongten dan sputum lagi
Ini kan rempongnya minta ampun, sampai saat itu saya sempat ingin memutuskan untuk drop out. Andai kata beasiswa saya itu dari pemerintah Australia, saya sepertinya akan out saja. Lha sudah 1 tahun ninggalin keluarga ya walaupun tiap 4 bln pulang, tp ttp saja tidak enak. Eh ini harus ditambah 9 bulan.
Saat itu saya bertnya ke dokternya terutama ttg point 1. Masa harus nunggu 3 bulan, apa tidak ada test yg cepet dan nanti bisa ketahuan status istri saya? Kata dokternya ada yakni test mantoux, jadi nanti disuntik, terus lihat efeknya klo bengkak berarti positif dan ada beberapa test lainnya semacam sputum yg cepet. Tapi semuanya harus bayar sendiri karena tidak tercover oleh biaya visa. Akhirnya kami memilih untuk itu. Dan ketika melihat hasilnya ternyata memang positif. Ya sudah berarti harus treatment 6 bulan, tapi at least kami tidak harus nunggu 3 bulan baru tau positif atau negatif.
Saya akhirnya putuskan untuk ngekosin anak dan istri di sebelah RS premier jatinegara, jalan kaki hanya 5 menitan. Karena walaupun rumah istri di Bogor, tp klo tiap hari harus ke RS premier jatinegara dan naik KRL kan yo kasihan anak. Benar-benar klo ingat masa-masa itu seakan2 kayak udah mau pulang saja, mau berhenti saja, ndak tega sih. Tapi bagaimana lagi.
Jadi ingat, ini bukan seberapa, nabi Ibrahim dulu diperintahkan oleh Allah untuk membawa istri dan anaknya yang masih bayi ke tempat tandus dan meninggalkan mereka ke situ. Cobaan sy ini masih belum sebanding rasanya.
kalau ingat cobaan ini rasanya benar2 gimana gitu, ngelihat teman2nya juga pada lancar2, eh kok ya saya dapat yang begini, tapi kadang saya mikir. Ketika saya dapat nikmat contohnya dpt beasiswa, kenapa saya jarang berpikir, eh kok saya yang dapat bukan teman sy? Nah itulah manusia mau enaknya sendiri, giliran diuji…. langsung bilang “kenapa saya” hehehe
Saya masih tidak tau apa hikmah dibalik semua ini, yang ada saya hanya yakin semua pasti ada hikmahnya, pandangan manusia terbatas sedangkan pandanganNya tak terbatas. Yang jelas dengan hidup yang naik turun hidup kita akan lebih terasa menantang dan hati akan digembleng. Coba klo hidupnya datar2 saja, semua keinginannya tercapai terus, tidak pernah mengalami kesulitan, kan yo nggak assyiiikk ta… bukankah Allah itu maha asik? hehe.
Nah untuk saran bagi teman-teman yang pingin studi di Aussie dan berencana membawa keluarga, berikut sarannya:
Apply visa via agent saja, nanti tanya agent bisa gak yang test kesehatan dulu sebelum bayar asuransi? mungkin bisa kali ya silahkan bisa ditnyakan. At least ketika ada masalah seperti yg saya alami, masih bisa tanya2 agent. Lha kemaren saya gak bisa tanya siapa2, wong imigrasi aussie juga gak ada CSnya buat nanyain ini.
kalau mau apply visa sendiri, korbankan beberapa rupiah untuk rongten periksa paru2 di RS Premier Jatinegara Jakarta dulu sebelum apply visa. Klo bersih, baru apply hehehe. Kalau ternyata ada suspek TB bisa nyari RS terdekat untuk treatment.
Semoga teman2 tidak mengalami hal yang saya alami ini. Amiin..
Alhamdulillah setelah di granted tgl 20 Mei, hari ini Selasa 28 Mei anak dan istri saya sudah di Brisbane (tadi pagi saya jemput di Airport) hehehe, mohon doanya semoga Allah memudahkan perjalanan keluarga kami baik studinya maupun kehidupan kami disini.
Ramadhan adalah bulan mulia, ramadhan adalah bulan perjuangan, ramadhan adalah bulannya Allah, ramadhan adalah bulan penuh kasih, ramadhan adalah bulan sosial, ramadhan adalah bulan toleransi.
Bagi umat islam, kita semua pasti paham bagaimana mulianya bulan Ramadhan ini. Hal pertama yg menarik diawal bulan ramadhan ini adalah penentuan mulainya bulan Ramadhan.
Alhamdulillah sepertinya untuk tahun ini Indonesia barengan ya baik Muhammadiyah yang menggunakan Hisab atau NU dan pemerintah yg menggunakan rukyat. Mulainya bareng yakni Senin tanggal 6 Mei 2019.
Kalau bareng itu seneng hehe, yang jadi agak repot itu kalau beda. Mungkin ada beberapa saudara kita yang masih kurang sreg dengan perbedaan sehingga mengatakan metode penentuan yg ini lebih afdhol atau lebih baik daripada yang itu. Saya kira hal itu tidak perlu karena dua2 nya juga ada hujahnya. Jadi yg ada adalah mari saling toleransi.
Berbeda dengan di Indonesia, Australia khususnya di Queensland, utk tahun ini hisab dan rukyat memberikan hasil yang berbeda. ANIC (Australian National Imams Council) seluruh australia, kalau hisab mulainya hari Senin. Sedangkan di Queensland sendiri, termasuk masjid UQ (masjid kampus saya) menganut rukyat.
Masjid UQ mengikuti Councils of Imams Queensland yang memakai metode rukyat. Mereka mengambil data dari MoonsightingAustralia! Silahkan simak Informasi dibawah ini.
ANIC – Mulai Ramadhan Senin 6 Mei 2019Council of Imams Queensland – menggunakan rukyat – Ramadhan mulai Selasa 7 Mei 2019Informasi dari Moonsightingaustralia – ttg posisi hilal
Dan sebenernya kondisi australia itu hampir sama dengan Indonesia, Indonesia membentang dari sabang sampai merauke, Australia juga tidak hanya negara tapi sebuah benua/continent yang membentang dari Perth sampai ke Brisbane. Jadi memang utk penentuan spt ini harus mempertimbangkan banyak hal. Dan anadaikata ada perbedaan itu harus dimaklumi.
Yang lucu dari Ramadhan tahun ini adalah Senin pagi hari saya dan teman saya harus menjemput ke Bandara salah satu Ustad dari Muhammadiyah yang akan mengisi kajian di Brisbane.
Setelah menjemput kami langsung bertolak ke rumah teman kami di Warren Street sekaligus ustad tersebut nantinya juga akan menginap di rumah teman kami itu. Dan coba lihat. Taraaa….
Ramen Ala Warren
Lucunya temen saya (dia sudah berpuasa) menjamu saya (yang belum berpuasa) dengan ramen ini. Jadi temen saya habis sampai rumah langsung masakin ramen ini. Yang gak enak lagi, ternyata Ustad dari Muhammadiyah juga puasa walaupun sedang safar. Jadi saya makan makanan yang dihidangkan oleh orang yang sudah puasa didepan mereka 🙂 dan its okey.
Indah bukan? hehhahhaa
Ya begitulah seharusnya, perbedaan itu adalah hal yang wajar! dunia tanpa ada perbedaan ya tak akan indah.
Persoalan hormat menghormati ketika Ramadhan itu juga harus kita pandang dari berbagai perspektif. Misalnya saja ada orang yg punya pandangan ketika Ramadhan semua warung harus ditutup untuk menghormati orang puasa. Kalau menurut saya, ya sebaiknya jangan! kan bisa jadi ada ibu yang hamil atau haid yang butuh ke warung, atau bapak2 yang lagi safar jadi tidak puasa. Wah kalau hidup di luar negeri atau di tempat yg muslim minoritas ya tidak ada bedanya antara ramadan dengan tidak. Kita mau puasa atau tidak ya juga tidak akan ada yg tau. Makanya memang benar puasa itu hanya untuk Allah, lha yang tau dia puasa apa tidak kan hanya dirinya dan Allah hehe 🙂 Nah dari sini kita juga harus sedikit mengurangi sifat prasangka buruk terhadap saudara kita. Misalnya kita lihat teman kita makan di warung yah mungkin karena dia lagi sakit atau safar jadi tidak puasa hahaha.
Tapi kan itu pandangan saya yang mungkin berbeda dg pandangan teman-teman disini. Nah ini saja sudah berbeda kan? ya di dunia ini kita akan menemukan banyak sekali perbedaan perbedaan. Jadi ya kita harus siap dan menikmati keindahan perbedaan itu dengan selalu memupuk rasa toleransi di diri kita dan keluarga.
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya. Semoga Allah selalu memberkahi kita semua…
Kali ini juga latepost sih sebenernya, ini juga tahun lalu sekitar akhir bulan September 2018 yakni ketika di Australia spring atau musim semi. Jadi bagi sahabat semua yang mau jalan-jalan ke Australia, khususnya ke Brisbane di akhir bulan September jangan lupa untuk mampir ke Toowoomba melihat festival bunga atau flower festival.
Begini ceritanya:…
Saya bersama 4 orang teman, kita rental satu mobil kemudian sepakat untuk ke Toowoomba, sebenernya agak aneh sih, ini cowo semua eh datang ke festival bunga hahaa. Ya klo bapak2 ada anak sama istri mah okey, tapi ini cowo semua lhoo. Yah walaupun begitu kami cowo tapi penyuka buka kok heheee.
Okey kembali ke topik.
Queens Park Gardens, Toowoomba, Queensland
Kurang lebih perjalanannya 1,5 jam jaraknya 120 km. Kami berangkat pagi dari kelurahan kami di St. Lucia. Seperti yang sudah kami duga, yah parkiran penuh! Karena memang festival bunga ini di tanggal tertentu yakni 20 – 29 September 2018, hanya 10 hari. Untuk tahun ini juga sepertinya ditanggal yang sama.
Langsung saja, ini oleh2 atau kenang2annya..
Toowoomba Carnival of Flowers
Laki laki pecinta Bunga hahahaha
Eehhh, setelah kita lihat festival bunga, kemudian beberapa acara di Queens Park Gardens kami juga tak lupa untuk mampir ke Japanese Garden di Toowoomba.
Padahal saya ya udah hidup 2 tahun di Korea, pernah ke Jepang juga tapi tetap penasaran juga, kaya apa sih Japanese Garden di Toowoomba, apa iya sakura bisa hidup di Australia? pikirku
Dan ternyata….
Pohon sakura di Japanese Garden di Toowoomba
Hahaha, sempet kaget sih aku, ternyata sakura bisa tumbuh di bumi Queensland dan itu penampakannya!
Japanese Garden di Toowoomba
Bagus juga pemandangannnya, worth it lah, hanya saja danaunya sedikit keruh, tapi ttp ramai pengunjung dan wildlifenya jg wild life khas australia hehe.
Setelah puas main dan jalan-jalan di Toowoomba akhirnya sore kita pulang dan namannya orang Indonesia ya, tingkahnya aneh2. Kami juga foto di icon kota Toowoomba, ini sebenernya lokasinya dipinggir jalan. Walaupun kami susah cari parkirnya tapi kalau gak foto kayaknya rugi deh. Ini hasilnya…
Toowoomba, The Garden City
Hahaha, gayanya kok kayak orang jadul sih padahal aku kan masih milenial wkwk.
Oke, sudah sampe disini dulu ya postingan kali ini, sampai ketemu di postingan berikutnya. Untuk membaca tulisan saya yang lain, baik yg serius atau yg ttg jalan-jalan di Australia bisa dibaca di sini https://mafrur.com/kuliah-di-australia/
Sebenarnya ini postingan yang sangat terlambat, tapi bagaimana lagi memang kondisinya seperti ini. Menjadi mahasiswa S3 yang cukup sibuk dengan load risetnya 😦 kadang sedih sih hehee. Saya cukup sedih karena sering tidak bisa menyempatkan waktu untuk nulis blog, padahal rencananya dulu saya mau nulis novel, ini benar-benar novel ya hehe, kalau buku sebelumnya saya “24 Purnama di Negeri Ginseng” kan genrenya ndak jelas, tapi banyak banget sih testinya yg bilang sangat bermanfaat. Haduh malah promo buku hahaha.
Oke deh kembali ke Stanthorpe….
Tahun lalu tepatnya bulan Agustus saya bersama teman-teman indonesia (rata-rata mereka sudah berkeluarga bahkan anaknya sudah 2 dan 3 udah gede2), saya sendiri yang jomblo hehe, jomblo local sih karena istri dan anak belum sy ajak ke Brisbane, kita bareng-bareng piknik dan camping sekitar 5 mobil ke Stanthorpe tepatnya ke Sommerville Valley.
Sommerville Valley, Stanthrope Queensland
Kalau sahabat lihat peta diatas, tempat saya di Brisbane yang biru itu sedang tujuannya di point merah, perjalanan kurang lebih 3 jam. Ya 3 jam kalau di Indonesia gak tau baru nyampe mana hehe, kalau disini karena tidak macet jadi ya hanya perlu 3 jam kurang lebih 270 KM an lah.
Rencana kita memang mau camping, kita gak bawa tenda tapi mau nyewa cabin di sana yang katanya sangat bagus. Kemudian malamnya mau melihat milky way, kalau ada yang belum tau tinggak clik aja.
Yuk simak perjalannya,…
Ini dia rombongannya
Rombongan tim piknik Indonesia Brisbane hehe (*tidak lengkap)
Ketika di perjalanan sampai sekitaran Warwick, kita lihat ada gereja bagus, akhirnya foto deh
St Mary’s Catholic Parish Warwick
Sebelum kita ke Cabin untuk nginap, kita piknik dulu di Girraween National Park, Stanthorpe Queensland Australia, kabarnya disitu ada batu besar menggantung, dan ternyata begini penampakannya.
Girraween National Park, Stanthorpe Queensland Australia
Pas foto, eh ternyata saya dilihatin sama Kanguru liar…
Girraween National Park, Stanthorpe Queensland Australia
Setelah puas piknik, makan-makan, bus walking di Girraween, kita akhirnya menuju ke Sommerville Valley untuk nginep di cabin disana.
Sommerville Valley Cabin
Satu Cabin atau rumah kecil itu muat berapa ya? lupa saya wkwkw. Intinya asik deh, karena fasilitas lengkap disitu ada wifi, microwave, dapur dkk, lengkap pokoknya.
Nah saat malam hari saatnya melihat milkiway, hanya saja tak ada kamera dari kita yang bisa menangkap keindahan langit dan bintang2 waktu itu. Entah karena kameranya atau yg motret yang gak bisa? hehee. Indah banget, tidak bisa diceritakan dg kata2 deh.
Al hasil selain lihat indahnya bintang, kita juga bikin perapian, baka2 berbeque dan tidak lupa bakar ubi ahhahaa.
Sommerville Valley, perapian sampai pagi
Foto bersama dulu buat kenang2an masa tua hehee
Ini dia formasi lengkap, foto sebelum pulang
Sommerville Valley Cabin
Ceritanya bagus sih kalau buat novel, semoga nanti waktuku cukup yah ahaha. Besok tinggal giliran ngajak anak istri pergi ke tempat2 yang lebih asik.